06 September 2010

Di Langit Cinta Engkaukah Nurin


Embun tidak kelihatan di sana
sapa sinar telah sirna semakin jauh sauh perahu hayat
terbenam dicengkam arus rakus
memusar kasar – bengis, tragis, sadis
berhamburan nafsu pada segala raksa memandang bungkam
sambil tak tergambar potret kesakitan dirakam alam diam
tak terkuasa menyelamatkan atau mengembalikan kekuatan
yang telah hilang dilorong ketakutan.

Engkaukah itu Nurin yang bisu tunduk berteleku
bagai patuh diuji petaka manusia durja
yang mati hati budi hilang pertimbangan insani
di celah bangsa ternobat hebat disanjung payung kasih sayang,
Engkaukah itu Nurin yang syahdu
dibungkus tanya dari telanjang ujian
membuat dunia berkabung dan menangis
menerima sebuah keberangkatan pilu menghiris,
Engkaukah itu Nurin yang berlalu
tanpa jalan-jalan terang buat kembali
tanpa lorong-lorong tenang buat pulang
menemui orang-orang tersayang.

Hanya cahaya cinta menyatukan rela redha pasrah
hanya bukti cinta maha agung menganugerahi
ujana putih di anjung syurgawi
hanya akrab cinta maha abadi bertakhta
mendakap silammu tanpa batas.

Saat berapung di udara cahaya menakluk mulus
dalam bauran desir doa yang terungkap dalam pengap
sepanjang saf-saf di musala
mengumpul ucap dan ungkap
mengalir ke langit cinta,
engkau di sana dalam nafas yang cair
meninggalkan zahir
yang berbeza warna menyatukan purnama
dalam bahasa rasa yang serupa.


Pustaka Iqbal Nazim,
Kota Kinabalu.
21 September 2007